Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resume: Sejarah Peradaban Islam di Afrika Utara Abad 6-8- Afrika Utara


 

Kepoen.com-Resume: Sejarah Peradaban Islam di Afrika Utara Abad 6-8- Afrika Utara- yakni Kawasan yang mempengaruhi dan kontribusinya sebagai penyebaran agama Islam di kawasan Eropa. Ia menjadi pintu gerbang masuknya Islam ke wilayah yang telah lama dibawah kuasa Kristen sekali gus ”benteng pertahanan” Islam untuk wilayah tersebut. Ketika wilayah ini menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam di bawah naungan pang lima Arab, dibentuklah pasukan bar bar yang ditugaskan memelihara wilayah spanyol.

Pada perkembangan selanjutnya, ketika pasukan Kristen berusaha mengusir kaum muslim dari Andalusia, para pengungsi bangsa Arab yang dikenal Maghribi Barbar dalam jumlah besar-besaran berangkat menuju Afrika Utara.

Islam masuk Wilayah Afrika Utara pada saat di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, penaklukan daerah ini pada dasarnya sudah dirintis pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Pada tahun 640 M ‘Amr bin Ash berhasil memasuki mesir, setelah sebelumnya mendapat izin bersyarat dari Khalifah Umar untuk menaklukkan daerah itu.

Afrika Utara dalm kekuasaan Islam tidak berjalan dengan cukup lama. Ketika Islam pertama kali masuk, guncangan politik akibat pemberontakan oleh orang-orang barbar  dan orang-orang Romawi muncul silih berganti. Keadaan ini berlanjut hingga pergantian gubernur dari Hasan bin Nu’man kepada Musa bin Nushair tahun 708 M pada awal pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik. Bahkan pergantian inipun mendorong orang-orang barbar mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Islam.

Dengan keadaan itu Musa dapat mematahkan pemberontakan mereka, dengan menerapkan kebijakan “perujukan” yaitu menempatkan orang-orang Barbar ke dalam pemerintahan Islam.

Ketika pemerintahan dipegang oleh Musa, terjadi perubahan sosial dan politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar yang ganas dapat dihancurkan, dominasi politik berada di tangan orang-orang muslim dan dakwah Islam menyebar dengan kecepatan luar biasa. Hal-hal inilah yang membuat Musa bin Nushair dianggap sebagai “penakluk yang sesungguhnya”.

Muculnya tokoh Musa bukan akhir dari segala huru-hara yang terjadi di Afrika Utara. Masih banyak pergolakan terjadi hingga masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Satu hal perlu dikemukakan, bahwa seluruh pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara dilakukan orang-orang Barbar dan kaum Khawarij.

 Dapat diduga bahwa kesamaan aspirasi itulah yang menyebabkan paham keagamaan tersebut mudah diterima oleh orang-orang Barbar, kira-kira pada tahun 750 M hampir seluruh Afrika Utara menganut Madzhab itu. Kedatangan Khawarij tidak hanya menyebarkan Islam saja, tetapi juga membawa orang-orang Barbar kepada pengetahuan yang mendalam mengenai agama itu. 

Dengan adanya orang-orang dari kaum khawarij bisa dikatakan Islam dapat mengakar di daerah Afrika Utara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berawal dari gerakan Khawari itulah Islamisasi orang-orang Barbar di Afrika Utara secara nyata diusahakan.

Dengan adanya pemenyebaran Agama Islam yang semakin luas turut mempengaruhi bahasa Arab juga mengalami kemajuan yang sangat baik di berbagai kota sebagai bahasa percakapan dan bertahan sampai sekarang. banyak orang-orang nomaden maupun yang menetap melakukan perkawinan silang dengan pendatang (orang-orang Badui atau Arab), walaupun ada juga beberapa kelompok Barbar pedalaman yang mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka. Hal ini disebabkan oleh adanya kesamaan peradaban yang dibawa oleh orang-orang Badui dengan peradaban penduduk setempat, yaitu kesukuan dan peladang.

Dengan cara inilah secara bertahap terbentuk peenduduk Barbar-Arab yang sampai saat ini mendiami sebagian besar Afrika Utara. kedatangan islam di Afrika Utara tidak menghilangkan budaya di sekitar, akan tetapi kebudayaan dan peradaban Islam justru menampakkan perkembangannya yang sangat baik. hal ini ditandai dengan berkembangnya Qairawan yang dibangun oleh Uqbah bin Nafi tahun 670 M yang tidak hanya menjadi kota militer semata, tetapi menjadi salah satu pusat ilmu dan peradaban yang cemerlang dalam sejarah islam.

Musa bin Nusair memiliki Kebijakan Islamisasi akan tetapi tidak menjadikan semua penduduk memeluk Islam, namun dengan kebijakan itu bahasa Arab dijadikan bahasa resmi negara dan pergaulan. Dengan Langkah tersebut bahasa Arab dapat menggeser posisi bahasa latin. Selain itu kemajuan dalam berbagai disiplin ilmu (yang berkaitan dengan masalah teologi, hukum, sejarah, sastra, puisi, filsafat dan biografi) di kemudian hari semua ditulis dalam bahasa Arab.

Peradaban dan kemajuan Afrika utara dapat dilihat dari Qairawan, hal ini dapat dilihat dari kemajuan arsitektur dan beberapa bangunan masjid besar Qairawan dan benteng Raqqadah, serta kota kediaman para penguasa yang dibangun tidak jauh dari Qairawan.

Beberapa waduk besar serta irigasi dan pasokan air bersih bagi penduduk kota, juga berhasil dibangun. Pada saat itu Qairawan menjadi sebuah model bagi kehidupan kota orang-orang Islam di Afrika Utara dan menjadi sebuah pusat kebudayaan yang sangat penting.

Puncak kemajuan peradaban Islam di Afrika Utara pada masa dinasti al-Muwahhidun. Meski kemajuan itu pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kemajuan peradaban masa sebelumnya, tetapi mereka tetap memiliki sisi peradaban yang menarik dan menonjol.

Pada masa Muwahhidun muncullah tokoh-tokoh lexicographer, seperti Ibn Sida’, Abu Bakr al-Turtusi yang dikenal dengan Ibn Abi Randaq, dengan karyanya Shiraj al Muluk. Sementara dibidang kesehatan terdapat tokoh-tokoh dalam bidang kedokteran  yaitu Abu Marwan bin Abdul Malik bin Zuhr yang dikenal dengan Ibnu Zuhr (dalam bahasa latin Aven Zoar).

Ia adalah tabib ahli bedah terkenal yang hidup semasa Ibnu Rusyd. Di bidang sejarah dan sosiologi adalah Ibnu Khaldun. Ia menjadi maestro terbesar dalam sejarah Islam. Dalam bidang geografi adalah Ibnu batutah. Dan masih banyak ilmuwan lain yang menjadikan Afrika semakin berperadaban. 

 

 


-
-