Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi dari Madura" Karya Rusdi Mathari

Kepoen.com-Review Buku "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi dari Madura" Karya Rusdi Mathari-Buku karya Rusdi Mathari terbitan mojok dengan tebal 226 halaman ini pada mulanya merupakan tulisan berseri selama dua tahun di situs web Mojok.co yang telah dibaca lebih dari setengah juta kali.

 

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bukunya, buku ini terdiri dari kumpulan tulisan yang dihimpun dan untuk menyesuaikan sesuai urutan agar berkesinambungan dan dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca.

Adapun yang menarik dalam buku ini adalah bahasanya yang ringan dan mudah dipahami tanpa membuat kehilangan pesan yang disampaikan oleh penulisnya. Selain itu, yang membuat saya terkesan adalah buku ini memaparkan pesan-pesan keagamaan yang sarat dengan kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu, tidak heran pula mengapa dalam media social mojok.co buku ini dimasukkan rekomendasi bacaan akhir tahun sebagai refleksi diri.



Di tengah sikap keberagamaan masyarakat modern, tidak dipungkiri secara perlahan menjadikan kehidupan laksana ajang perlombaan, termasuk didalamnya cara keberagamaan masyarakat itu sendiri yang tanpa sadar mengikis sisi kemanusiaan. Selain itu, tidak jarang kesalehan ritual yang mendominasi masyarakat umumnya tidak sejalan dengan kesalehan social.

Rusdi Mathari menggambarkan fenomena tersebut dengan apik dalam buku ini Dia Sakit dan Kamu Sibuk Membangun Masjid yang menceritakan fenomena semangat keberagamaan yang tinggi masyarakat dalam beragama salah satunya dalam membangun masjid. Namun, semanagat keberagamaan yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan semangat kemanusiaan yang tinggi pula.

Rusdi Mathari menggambarkan hal itu dalam sebuah cerita dimana seorang janda mati bunuh diri sebab keputusasaanya terhadap hidup yang miskin, namun orang-orang kampung justru menyakiti dan membunuh mentalnya dengan menebar fitnah.

Fenomena keberagamaan ini secara tidak langsung menyindir keberagamaan masyarakat secara umum, yang sibuk beribadah, mencari Tuhan dengan dalih umrah berkali-kali, membangun masjid megah, namun membiarkan tetangga yang tidak mampu kelaparan.

Dalam hal sedekah, masyarakat modern justru hanya menjadikan zakat, infak dan sebagainya hanya sebagai ritual dan sekedar menjalankan kewajiban agama. Selebih itu, masyarakat pada mayoritasnya mengeluarkan harta yang mereka miliki dengan selalu mengingat-ngingatnya.

Namun, menurut saya pribadi, buku ini membantu pembaca untuk kembali mengenali dan menyadarkan diri dari segala sesuatu. Rusdi Mathari mengingatkan pembaca bukunya untuk selalu mengendalikan diri, termasuk salah satunya mengendalikan hawa nafsu baik itu nafsu malaikat, nafsu setan dan nafsu hewani yang melekat pada setiap diri manusia.

Secara umum, buku ini mengingatkan pula untuk sadar diri dan pandai-pandai mengendalikan hati dan perilaku dari segala sifat tercela. Saking plin plannya sikap manusia dengan segala pikiran dan sifatnya, batu pun enggan jika ia disuruh untuk menjadi manusia.  Bagaimana tidak? Karena batu tak sanggup menjadi manusia sebab merasa kalah keras dibanding hati manusia.

Minggu, 19 Desember 2021

Siti Muliana

Reviewer

 

-
-