Makna Penderitaan, Kesucian, Wahyu dan Umat Pilihan Agama Yahudi
Kepeon.com- Makna Penderitaan, Kesucian, Wahyu dan Umat Pilihan Agama Yahudi-Sejak abad ke-8 samapai abad ke-6 BCE (before the common era) merupakan kurun waktu dimana orang-orang Israel atau orang yahudi terhuyung0huyung karena kekuatan agresif dari Syiria, Assyiria, Mesir, dan Babylon, para nabi yahudi menemukan makna penderitaan mereka dengan menafsirkannya sebagai cara tuhan untuk mengingatkan manusia akan perintahnya untuk menegakkan kebenaran.
Tuhan terlibat langsung dalam perseketaan
besar dengan umatnya, suatu persengketaan mengenai masalah-masalh moral yang
tidak di perhatikan oleh mereka yang hanya memerhatikan masalah-masalah duniawi
saja.
Yesaya menyatakan bahwa penderitaan mereka bukan sekedar
hukuman dari tuhan. Selama hukuman itu terlihat sebagai suatu kemungkinan yang
terwujud karena adanya suatu syarat yang terlanggar, ia mempunyai arti yang
amat penting, karena tuhan mengingatkan manusia tentang arah yang tidak boleh
di tempuhnya.
Makna Kesucian
Taurat menuntut orang kepada kesaksamaan,
kesaksamaan kepada kerajinan, kerajinan kepada kesucian, kesucian kepada
kesalehan, kesalehan kepada kerendahan hati, kerendahan hati kepaa ketakutan
akan dosa kepada kekudusan.
Ucapan yang terdapat pada tulisan tersebut
menunjukan bahwa itu merupakan jalan orang-orang saleh, dimana jalan
orang-orang saleh itu di tunjukkan sebagai sebuah jalan curam menuju suatu
tingkat hidupyang semakin tinggi letaknya. Tingkat tertinggi yang dimaksud
adalah kekudusan.
Kekudusan tersebut hanya dapat dicapai oleh
orang-orang yang bisa menciptakan keselarasan anatara nafsu keinginan kepada
yang satu dan ketidakinginan pada yang lain. Selain itu, tujuan hidup pemeluk
yudaisme juga sangat menekankan pada ketaatan kepada Allah.
Ketika banyak hal membicarakan tentang
eksistensiAllah dengan menggunakan rasio maka mereka semua dinilai telah
kehilangan iman yang seharusnya taat pada Allah.
Wahyu
Agam ayahudi (jews) dan Kristen memang
berakar dari wahyu Allah, namun keduanya tidak sama. Karena agama yahudi
mengambil kitab-kitab dari perjanjian lama namun tidak mempercayai kitab-kitab
perjanjian baru, karena mereka tidak percaya kepada yesus kristur sebagai
pemenuhan perjanjian lama.
Hal ini kita lihat misalnya pada kutipan
yang diambil oleh paus benedict XVI dalam bukunya “jesus of Nazareth” dalam
buku ini ada percakapan yang dapat di tarik kesimpulan gambarannya oleh orang
yahudi untuk seorang mesias, yaitu haruslah seorang yang mematuhi dan
mengajarkan kitab torah (lima kitab taurat musa) seperti para nabi terdahulu.
Mereka tidak dapat menerima bahwa yesus
kristus sendiri adalah “The Living Torah” yaitu taurat yang hidup pemenuhan
dari taurat itu sendiri, sehingga ajaran yesus bukan menunjuk kepada buku/
kitab tertentu, melainkan menunjuk kepada dirinya.
Sebab ia berkata “ aku jalan, kebenaran,dan hidup” bahwa
taka da seorang pun yang sampai kepada bapak kalau tidak melalui dia.
Kristuslah “materai” perjanjian baru dan kekal anatara Allah dan manusia.
Umat Pilihan
Dalam agama yahudi, bangsa pilihan adalah
kepercayaan bahwa yahudi, melalui keturunan dari bangsa Israel kuno, adalah
bangsa pilihan yang dipilih dalam sebuah janji dengan Allah. Pemikiran bahwa
bangsa Israel di pilih oleh Allah kebanyakan di temukan di kitab Ulangan dengan
sebutan bahar dan di bagian lainnya dalam kitab ibrani menggunakan istilah
lainnya seperti “bangsa kudus” beberapa di antaranya menulis tentang
topic-topik tersebut dalam sastra rabbinik.
Tiga dedominasi yahudi terbesar yahudi
ortodoks, yahudi konservatif dan yahudi reformasi menyatakan bahwa kepercayaan
yahudi di pilih oleh Allah untuk sebuah persiapan. Menurut interpretasi yahudi
tradisional terhadap Al-kitab, karakter Israel sebagai bangsa pilihan tak terkondisi
seperti yang dikatakan dalam ulangan, sebab engkaulah umat yang kudus bagi
tuhan, Allahmu engkaulah yang dipilih oleh tuhan, Allah mu dari segala bangsa
di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangannya.
Taurat juga berkata,
“jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-ku dan berpegang pada perjanjian ku, maka kamu akan menjadi
harta kesayangan ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab akula yang empunya
seluruh bumi. Ini semua tertulis dalam taurat keluaran 19:5. Allah menjanjiikan
bahwa ia tak akan rela menukar bangsa-nya dengan bangsa lainnya: “ Aku akan
mengadakan perjanjian antara aku dan engkau serta keturunan mu turu-temurun
menjadi perjanjian yang kekal, supaya aku menjadi Allah mu dan Allah
keturunanmu”