Review Buku: Kunci dari Kebahagiaan=Bersikap Bodo Amat?! By Maudy Ayunda's Booklist
Review Buku: Kunci dari
Kebahagiaan = Bersikap Bodo Amat?! By Maudy Ayunda's Booklist-"Hai,
Curious People Maudy Ayunda di sini. Selamat datang di booklist aku di mana aku
sharing 3 kisi-kisi menarik dari buku yang aku baca. Hari ini kita akan
membedah buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck oleh Mark Manson.
Mark Manson adalah seorang penulis New York Times Bestseller asal Amerika di genre Self-help. Dan Mark Manson ini sangat terkenal dengan nasihat-nasihat hidupnya, yang bisa dibilang berdasarkan penelitian, pragmatis, dan apa adanya.
Kalau kalian baca-baca
ulasan buku ini banyak yang bilang buku ini tuh penuh dengan nasihat hidup yang
nggak muluk.
Dan buku ini udah banyak banget diminta sama Curious People jadi aku semangat banget buat bahas. Yuk, ke insights! Insight pertama. Cari masalah yang menyenangkan. Siapa di sini yang sering ngerasa “Duh, kok banyak banget yah masalah di hidup ini???” Ternyata menurut penulisnya, hidup ini tuh bisa dibilang sebuah endless series of problems.
Tumpukan masalah yang nggak ada ujungnya. Karena faktanya,
masalah di hidup kita tuh nggak akan pernah habis. Melainkan cuma berganti,
atau jadi lebih besar aja. Nah, untuk menghadapi masalah-masalah ini,
penulisnya memberikan 2 cara.
Yang pertama mungkin... agak terdengar menyebalkan. Tapi, hadapin aja masalahnya satu per satu. Biasanya kita lebih memilih untuk menghindari masalah karena kita nggak punya keberanian dan kepercayaan bahwa kita tuh sebenernya bisa menghadapinya. Padahal menurut Mark Manson, solusinya ada di proses konfrontasinya.
Karena
ketika kita menghindari suatu masalah, kita malah menempatkan diri kita di
siklus ketakutan yang akan menjadi sumber dari masalah baru lagi. Jadi, dengan
menghindari masalah di awal, kita malah sebenernya jadi membuat masalah yang
baru.
Yang ke dua, coba deh kita ubah cara berpikir kita pola pikirnya dari, “Gimana sih cara menghilangkan masalah ini?”, menjadi “Apa yah masalah yang membuatku excited?” “Masalah apa yang rela aku perjuangkan?” Manson berpendapat kalau sebenernya ada beberapa masalah di hidup kita yang sifatnya tuh... ilusi.
Membuat kondisi terasa jadi
bertumpuk, berantakan, dan kusut. Nah, dengan mengubah pola pikir kita seperti
itu, kita jadi punya kebebasan untuk menentukan arti suatu masalah untuk hidup
kita sendiri dan seberapa signifikan dampaknya bagi hidup kita. Sebenernya
Masalah itu emang nggak bisa dihindari, tapi arti (dari masalah itu) bisa
fleksibel.
Insight ke-2: Simpan energi kamu untuk hal-hal yang memang penting. Jadi, ada 1 kutipan di buku ini yang menurutku bagus dan sangat menggambarkan esensi dari bukunya. Don't say f*ck it to everything in life, just to the unimportant things. Jangan bersikap bodo amat ke semua hal, tapi ke hal-hal yang emang kurang penting aja.
Kayak misalnya di umur 20-an, kita menganggap semua hal penting, dan kita ingin
berubah mengikuti ekspektasi dan omongan orang lain karena di umur itu kita
lagi proses mencari identitas diri juga.
Tapi seiring dengan proses pendewasaannya, penulisnya mengajak kita untuk lebih selektif dalam memilih hal-hal yang kita pedulikan. Karena kemungkinan besar, hal-hal kecil yang kita sebegitu pedulinya di umur 20-an hanya berdampak kecil dan sementara di hidup kita ke depannya. Dengan begini, pasti hidup kita akan terasa lebih simpel.
Tapi, menurut penulisnya, itulah pendewasaan. Pendewasaan dicapai pada saat
kita peduli hanya ke hal-hal yang bener-bener patut dipedulikan. Kalau untuk
penulisnya, hal yang dia prioritaskan adalah keluarga, pertemanan, dan
permainan golf-nya. Dan kalau aku mungkin hubungan dengan orang-orang terdekat,
belajar dan berkarya yang ada dampaknya. Nah, kalau untuk kalian gimana? Coba
deh dipikirin.
Insight ke-3: Nikmati momen-momen yang “biasa aja”. Emang nggak bisa dipungkiri bahwa hal-hal besar, seperti mendapatkan pekerjaan impian kita, atau liburan ke luar negeri, itu lekat diasosiasikan dengan kebahagiaan. Sampai kadang kita lupa bahwa sebenernya momen-momen kecil seperti baca buku yang kita suka, ketemuan lagi dengan teman lama, makan di tempat kesukaan kita, itu juga sebenernya bisa jadi sumber kebahagiaan.
Kadang, momen kecil itu yang berharga. Sosial media
kadang-kadang membuat kita jadi lebih tau tentang kehidupan orang lain dan
pencapaian mereka dan akhirnya ini tuh membuat budaya yang penuh kompetisi dan
penuh perbandingan.
Tapi Mark Manson mengingatkan, kalau Kebahagiaan dan kesuksesan nggak harus tentang momen perayaan yang besar. Sebenernya kita punya ruang lho untuk mengartikan sendiri apa itu kebahagiaan dan apa itu kesuksesan.
Dan selama kita bahagia menjalankan apa yang kita jalankan. Enggak ada yang bisa bilang bahwa kita tuh nggak sukses dan bahagia dalam menjalani hidup kita. Satu lagi yang diingatkan oleh penulisnya yang juga lumayan powerful menurut aku, hanya karena sesuatu terlihat basic dan simpel, bukan berarti mereka nggak berharga.
Mungkin ada alasannya hal-hal itu jadi
“biasa saja” karena justru itu lah penting dan berharga. Hanya karena sesuatu
terlihat simpel, bukan berarti mereka nggak berharga.
Kadang-kadang hal-hal yang penting memang bisa terlihat biasa saja. Dan sekarang, terus gimana? Baca buku ini tuh rasanya aku lagi menjalani proses pemeriksaan diri karena aku dipaksa jadi cek kehidupan aku, dan mengevaluasi lagi hal-hal yang memang aku anggap penting dan sesuai dengan prinsip hidup aku.
Setelah baca buku ini aku juga
sadar bahwa, kutipan, “Fake it till you make it” (Berpura-puralah
sampai kamu benar-benar mencapainya) Itu tuh kadang-kadang bisa jadi berbahaya
juga sih karena bisa memicu toxic positivity.
Menurut aku penting untuk kita
mengakui ada kalanya hidup tuh nggak selalu sesuai dengan harapan kita, dan
yah, emang begitulah adanya. Okay, makasih udah baca Curious People! Kalau kamu
mau aku baca suatu buku dan ngobrol ke kalian insight favorit aku, tolong kasih
rekomendasi buku di komen di bawah. Jadi jangan lupa pantengin blog kepoen.com
terus ya, agar mendapatkan review-review buku yang lain. Bye!" terimakasih
Sumber: Youtobe Maudy Ayunda